HNSI Kota Pekalongan Siap Bantu Keluarga Nelayan yang Dikabarkan Meninggal Dunia di Samudera India

Jenazah nelayan yang meninggal dunia di perairan Samudera Hindia sedang dievakuasi oleh rekan-rekannya di Pelabuhan Sibolga dan HNSI Kota Pekalongan mengatakan siap membantu menguruskan hak keluarga korban, Jum'at (19/1).

Pantura24.com, Kota Pekalongan – Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Pekalongan, Imam Nuh mengaku belum merima laporan kematian nelayan di perairan Samudera Hindia. Ia baru mengetahui peristiwa itu setelah membaca berita.

“Saya baru saja terima informasinya dari media. Resminya kita memang belum terima laporannya,” ungkap Imam saat dihubungi, Jum’at (19/1/2024) malam.

Bacaan Lainnya

Ia mengatakan akan segera mendatangi keluarga korban untuk menggali keterangan lebih lengkap terkait peristiwa itu termasuk nantinya berkoordinasi dengan HNSI yang ada di Sibolga, Sumatera Utara.

Imam berjanji akan membantu keluarga korban untuk bisa memperoleh haknya bila pihak perusahaan kapalnya ternyata tidak bertanggungjawab atau menelantarkan ahli waris.

“Rencananya besok kita bersama tim akan ke rumah korban untuk membantu mengurus berkas yang diperlukan,” ucap Imam.

Seperti diberitakan sebelumnya seorang nelayan asal Kota Pekalongan dikabarkan meninggal dunia di Samudera Hindia. Nelayan warga Kramatsari, Kecamatan Pekalongan Barat bernama Junaidi (48) itu berangkat melaut bersama kapal KM Sri Mariana dari Pelabuhan Sibolga, Sumatra Utara.

Menurut istri korban, Rahayu Slamet (45) kejadian berlangsung Jum’at 22 Desember 2023 setalah 10 hari keberangkatan kapal menuju perairan Samudera Hindia. Jenazah di antar ke rumah duka pada 31 Desember 2023.

Ia mengatakan kematian suaminya yang mendadak itu membuat bingung keluarga, sebab selain saat berangkat masih bugar juga pihak perusahaan tidak bertanggungjawab, bahkan menutupi kematian suaminya.

Rahayu menyebut pihak keluarga hanya menerima laporan kematian suaminya dari polisi saja. Perusahaan tidak melaporkan kematian suaminya ke Syahbandar maupun Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat.

“Tiba di Pelabuhan Sibolga, kapal hanya menurunkan jenazah suami saya lalu berangkat lagi dan kabar yang diterima keluarga, perusahaan menutupi informasi bahwa tidak ada kematian ABK di kapal,” ungkap Rahayu.

Bahkan pihak perusahaan kapal juga tidak memberikan uang kerohiman untuk biaya pemakaman dan tahlilan. Jenazah hanya diantar oleh ambulan tanpa ada perwakilan dari perusahaan. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *