Cerita Kontraktor di Kota Pekalongan Setahun Gagal Ikut Lelang Gegara Ini

LPSE Kota Pekalongan ramai dikeluhkan oleh para kontraktor lantaran sulit mengunggah dokumen penawaran lelang, diduga ada unsur kesengajaan untuk mengakomodir oknum tertentu saja

Pantura24.com, Kota Pekalongan – Ramai dikeluhkan oleh kontraktor di Kota Pekalongan terkait sulitnya mengunggah dokumen penawaran lelang ke Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Kondisi tidak wajar tersebut sudah berlangsung satu tahun terakhir.

“Kalau kita masuk bisa, akan tapi kalau upload dokumen penawaran tidak bisa,” ungkap NR, kepada pantura24.com, Kamis (29/9/2023).

Bacaan Lainnya

Salah satu kontraktor yang meminta namanya tidak disebut lengkap itu menyoal bahwa dengan sulitnya mengunggah dokumen penawaran ke LPSE bagaimana rekanan bisa mengikuti proses lelang.

Rekanan atau kontraktor yang tidak dikehendaki seperti sengaja dipersulit sehingga namanya saja tercantum sebagai peserta namun tidak bisa mengunggah penawaran yang artinya tidak bisa ikut lelang.

“Hasilnya sudah kami duga, yang muncul hanya satu atau dua nama saja termasuk angka penawarannya. Yang lain tidak ada penwaran karena memang tidak bisa upload,” katanya.

Ia pun menjelaskan bahwa indikasi sulitnya mengunggah dokumen penawaran lelang berkaitan dengan bandwidth atau kemampuan tranfers data yang dugaanya sudah diatur sehingga pihak yang tidak dikehandaki akan sulit masuk. Hal tersebut biasanya dikenal dengan istilah buffering atau hambatan akses data alias lemot.

Pun kebalikannya bagi pihak-pihak atau peserta lelang yang diduga sudah dikondisikan akan dengan mudah mengunggah dokumen penawaran lelang pada jam-jam tertentu karena bandwidth sudah diatur dan dipastikan tidak ada buffering.

“Diduga modusnya mengatur kode kapan saat mengunggah dokumen penawaran. Mereka saja yang tahu, karena saat itu sistem sudah diatur normal. Setelah itu kembali lemot,” beber NR.

Ia mencontohkan ada lelang diikuti oleh 60 rekanan namun yang bisa mengunggah dokumen penawaran hanya ada satu, dua atau tiga saja. Sisanya tidak bisa, lantaran kesulitan masuk ke sistem sehingga dianggap tidak memberikan penawaran.

Lebih parahnya lagi setelah sudah tercantum satu, dua atau tiga peserta saja yang lolos maka akan bisa diketahui selisih nilai penawaran dengan nilai paket pekerjaan.

“Janggalnya di situ. Selisihnya 1 sampai 3 persen saja, bahkan ada yang 0,10 persen. Kami tidak buruk sangka tapi itu suatu hal yang tidak masuk di akal. Lelang turunnya kok di bawah 1 persen,” Jelasnya.

Menurut dia, kondisi seperti itu sudah berlangsung dari 2022 hingga 2023. Dibanding tahun-tahun sebelumnya persaingan masih sehat karena selisih atau turunnya nilai paket pekerjaan masih normal antara 10 hingga 15 persen.

“Sebenarnya saya ingin mengadukan masalah ini tapi teman-teman lainnya belum berani buka suara. Saya ingin ada yang mendukung untuk menghentikan kondisi seperti ini,” tutupnya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *