PANTURA24.COM, JAKARTA – Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid menegaskan kembali komitmen Kota Pekalongan dalam menjaga serta mengembangkan batik sebagai warisan budaya sekaligus penggerak ekonomi masyarakat.
Hal itu disampaikan pria yang akrab disapa Mas Aaf saat menjadi narasumber dalam acara Indonesia Batik Outlook dan Launching Festival Batik 3 Kota 2025 yang digelar Smesco Indonesia, di Gedung Smesco, Jakarta, Kamis (2/10/2025).
“Pekalongan mendapat julukan sebagai Kota Batik Dunia, karena 70 persen produksi batik nasional berasal dari Pekalongan. Batik Pekalongan juga telah menembus pasar internasional, mulai dari Asia Tenggara, Afrika, hingga Timur Tengah yang lebih banyak menyerap produk sarung batik,” ujar Mas Aaf.
Ia menambahkan, batik tidak hanya hadir sebagai produk fesyen, melainkan telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Sejumlah kelurahan, ruang pertemuan, hingga fasilitas publik di Pekalongan diberi nama motif batik sebagai upaya pelestarian warisan budaya.
Festival Batik tahun ini akan digelar di tiga kota, yakni Malang (16–19 Oktober 2025), Magelang (22–26 Oktober 2025), dan Pekalongan (27 November–1 Desember 2025). Khusus di Pekalongan, pemerintah daerah akan menghadirkan karya terbaik para pengrajin batik lokal.
“Momentum Hari Batik Dunia dan Festival Batik 3 Kota ini menjadi ajang untuk menunjukkan kebanggaan Pekalongan sebagai pusat batik nasional yang juga diakui dunia. Batik bukan hanya kain, melainkan identitas bangsa sekaligus penggerak ekonomi rakyat,” tegasnya.
Mas Aaf juga mengingatkan masih ada sejumlah tantangan industri batik, seperti peningkatan kesejahteraan pembatik dan pengelolaan limbah produksi agar lebih ramah lingkungan.
Pemerintah Kota Pekalongan berkomitmen mendorong strategi keberlanjutan industri batik, antara lain melalui edukasi generasi muda, penguatan promosi, dan perluasan penetrasi pasar global.
“Dengan dukungan semua pihak, batik Pekalongan akan terus menjadi kebanggaan Indonesia, membumi di masyarakat, sekaligus mendunia,” pungkasnya.