PANTURA24.COM,KOTA PEKALONGAN – AK (53), seorang pegawai bagian keuangan di salah satu BUMD Kota Pekalongan, setiap hari berkutat dengan laporan, pengajuan, dan pencairan dana. Tugasnya sederhana: memeriksa, mencatat, dan mengesahkan laporan keuangan. Namun di balik meja kerjanya, beban yang ia pikul tidak pernah ringan.
“Kadang saya bingung sendiri,” ucap AK lirih. “Pernah satu kali saya mengembalikan pengajuan yang tidak wajar. Bukannya diperbaiki, justru kabag malah menyobek berkas itu di depan saya.jumaat (22/08/25).
Penolakan AK ternyata berbuah jarak dengan rekan-rekan kerjanya. Ia sering dijauhi, dianggap penghalang, bahkan dimarahi atasan. Pernah suatu ketika, ia menerima pengajuan dana dalam jumlah besar. Karena tidak masuk akal, ia menolak. Namun justru direktur turun tangan.
“Kamu tanda tangan saja, saya yang tanggung jawab,” kata sang direktur.
Dengan berat hati, AK akhirnya menuruti perintah itu. “Sedih rasanya, menolak salah, menuruti juga salah,” ujarnya.
Lika-liku pekerjaan di bagian keuangan membuat AK sering merasa terjepit. Ia ingin pindah kerja, tapi usianya sudah tidak muda lagi. Mau bertahan, justru resikonya semakin besar. Hingga akhirnya, hasil audit keluar BUMD tempatnya bekerja diduga merugi hingga ratusan juta rupiah.
Yang lebih mengejutkan, semua kesalahan justru diarahkan kepadanya. “Saya difitnah. Padahal saya tidak pernah terlibat dalam pembelian atau penggunaan dana. Saya hanya bagian keuangan,” tegas AK.
Ia sadar dirinya sedang dijadikan tumbal. Namun kali ini, AK tak ingin diam.
“Kalau nanti diperiksa, saya akan bongkar semuanya. Bagian pembelian, kabag, direktur, semua. Biar tahu rasa. Ibarat cucian, mereka semua pakai piring, tapi saya yang disuruh nyuci. Itu tidak adil.”
Suara AK bergetar menahan amarah, sekaligus menyimpan tekad: ia tidak ingin lagi jadi korban dalam permainan kotor di kantornya.